Sabtu, 14 Februari 2009

konsistensi

berangkat hari ini dimulai dari ajakan seorang kawan untuk turut serta dalam acara tanam lima ribu pohon. Bicara tentang tanam-tanaman, erat kaitannya dengan permasalahan kehutanan sekarang ini. Kehutanan Indonesia adalah salah satu sisi yang cukup diperhatikan belakangan ini. Dnegan berbagai fakta bahwa Indonesia sebagai salah satu penyuplai paru dunia maupun kagumnya akan kecepatan hilangnya hutan Indoneisa. Ya, itulah Indonesia. menarik.

Ada beberapa hal yang menarik dalam acara penanaman pohon. acara semacam ini bukanlah yang perdana maupun yang unik sekali. acara semacam ini telah mengalir dari berbagai elemen berbau ekologi. Penanaman seribu pohon, lima ribu pohon maupun satu pohon. Yang perlu dikajinya adalah bukan apa yang akan dihasilkan oleh pohon-pohon ini, karena masih terlampau jauh untuk memikirkan itu. Yang perlu dipikirkan adalah apa yang dilakukan setelah pohon-pohon tersebut ditanami oleh kita. dalam perbincangan dengans seorang penjaga kawasan konservasi, kesalahan pertama yang dilakukan dalam acara tersebut adalah minimnya tindak lanjut perawatan pohon tersebut. Umumnya pohon yang digunakan dalam acara semacam ini adalah pohon kecil. Menurut pemerhati acara semacam ini, pohon kecil tersebut belum bisa resisten terhadap lingkungan sekitar, tanpa bantuan dari luar seperti manusia maka pohon tersebut hanya tinggal menunggu waktu untuk menemui ajalnya. Pengetahuan umum ini yang seharusnya dimiliki oleh para pemrakarsa kegiatan penanaman pohon seperti ini. Hanya saja pertanyaan selanjutnya adalah, siapa yang akan melanjutkan perawatan terhadap pohon yang kita tanam tersebut. Jika jawabannya kita semua, hal tersebut adalah klise. dan bisa dipastikan tidak akan berjalan. dalam konsep sederhananya adalah tidak adanya kepentingan lagi disana. 

Sepertinya memang sebuah konsistensi dipertaruhkan oleh kita. Untuk sebuah tujuan memang ada yang dipertaruhkan. sebuah konsekuensi. tinggal kita pilih yang mana. idelalisme atau realisme.

Kamis, 05 Februari 2009

pertempuran

pertempuran tak hanya terjadi di luar. dalam diri pun terjadi. tak terlihat memang.

memasuki sebuah medan operasi, tak hanya mencerabuti stamina fisik, tetapi juga akal pikiran. kontak fisik, maupun kontak jiwa rentan terjadi. sering bahkan. permasalahannya adalah bagaimana mengambil keputusan dan memposisikan diri sebaik mungin agar mendapat sebuah posisi"aman". banyak sekali jalan yang terpikir dan terbayang, semuanya mengarah pada mendapatkan tempat"nyaman"secara cepat dan tepat. kesalahan sedikit akan mengacaukan pergerakan. hanya akan membuka jurang penyiksaan. seperti salah masuk pintu, dan yang terbuka zona penyiksaan.

alam bukan musuh yang harus dihadapi dengan lantang.