Senin, 01 Maret 2010

dari satu kelam yang selimuti awan. ia tak kenan hadirkan bulan untuk terangi malam. aku larut dalam dingin, yang izinkan kabut temani malam dibalik hangat perapian. aku cinta saat hening ini. saat sepi pikir gelayuti dan saksikan ramainya dunia. seertinya kita hanya butuh gunakan mata pisau yang telah diasah. terlalu banyak pohon yang perlu ditebas, buka jalur hingga pelangi datang sambut senja tinggalkan siang. dimana bidadari turun ke bumi. berdiri di samping raga ini. mengisi nirwana hati. dan walau kau masih disini, aku tetap rindu hening ini.

Diklat Medan Operasi
Gn. Kareumbi
06_02_10

Muhammad Salman A.
G1E050023

jangan kita seperti mereka



pada satu petang,. setelah beberapa kali sebelumnya tak sempat ku menjawab. saudara tak sedarahku menghubungi. dibalik kerinduannya menghadapi medan latihan bersama, berbagi cerita tentang medan operasi, laboratorium latihan yang tak henti2nya kita doakan untuk tak dikunjungi.  bercerita tentang para keparat baru, yang lahir dari doa dan usaha. hingga akhirnya berdiri lima belas punggawa dengan label SAR Unpad tertanam didadanya.

kepadanya pada saat tertentu masih sempat kukabari tentang medan operasi yang kupikir masih bisa ditempuh bersama. kutanya kesibukannya. dia pun menjawab jam kerja menawannya. dan hanya ada satu masa dari satu pekan dia bergerilya mencari segenggam permata. kupikir inilah balasannya, membayar yang sebelumnya, karena pada masa mahasiswanya, latihanlah hobinya. hingga akhirnya berkumpul pun tak bisa, saking padatnya.
setelah mendengar ceritanya, pandanganku, ternyata kapitalisme pun sukses merenggut kebebasannya. kusampaikan pandanganku itu, dan kami pun tertawa bersama di dalam hubungan selular tersebut. tertawa satire. menertawakan tentang kebebasan yang terenggut, yang seharusnya tak layak untuk ditertawakan. demi materi yang harus dicapai pada titik kulminasi tertentu, mereka memecut buruh2 termasuk saudaraku disana. menyita waktu dan waktu liburnya, mengambil paksa hobinya, dan juga mencuri masa ketika kita harusnya bersua untuk tukar cerita. ah, gila juga. mungkin setelah pintu akhir ini berhasil kurobohkan, masuk juga aku ke jurang ini.

aku ingat, dalam cengkrama kala masih dalam label keparat, dia bercerita tentang cita2nya, untuk menjadi kaya. alasannya hanya karena hobi kita adalah mahal. dan kaya adalah salah satu alternatif kuat agar tetap bisa berhobi dan bertugas hingga tutup usia.   tetapi setelah kaya, jangan kita seperti mereka, saudara.

karena selama kapitalisme terus berkarya, siapapun pekerjanya,. berapapun usianya,. apapun jenis kelaminnya, yang penting adalah materi yang dihasilkannya,.jika tak ada,. selamat bernestapa,.
dan setelah kaya, jangan kita seperti mereka, saudara.

dan kita memang mesti menjadi kaya. baik materi dan jiwa. agar suatu saat kita bisa bertempur bersama. di medan latihan yang kita rindukan, atau medan operasi sebenarnya yang tak pernah kita harapkan.  
tetapi setelah kaya, jangan kita seperti mereka, saudara.

perempuan

Perempuan tetaplah perempuan.
Perempuan dengan keliling raungan para pejantan.
Perempuan akan tetap berjiwa perempuan.
Permaisuri untuk pangerannya.
Ibu untuk anaknya.
Istri untuk suaminya.
Perempuan yang berdialektik dengan perasaan.
Butuh perlindungan.
Butuh sandaran.
Perempuan akan tetap perempuan.
Mencintai dan dicintai laki-laki.
Dan dia hanyalah perempuan,
yang begitu adanya.