Senin, 31 Mei 2010

Bapak


Bapak adalah orang tua laki-laki kita. Dalam konsep keluarga, bapak memiliki fungsi dan wewenang sebagai kepala rumah tangga. Dia memiliki tugas memberi nafkah kepada keluarganya, yang terdiri dari istri dan anak – anaknya. Dalam konsep keluarga, bapak adalah suami dari ibu kita, seseorang yang memiliki hubungan secara biologis dengan kita. Seiring perkembangan zaman konsep bapak meluas. Tidak hanya terbatas pada konsep biologis yang seperti dijabarkan di atas, tetapi juga telah menjadi konsep sosial. Panggilan “bapak” dewasa ini telah menjadi panggilan umum yang digunakan oleh orang untuk memanggil orang yang usianya lebih tua.
               Konsep sosial yang berkembang tentang panggilan “bapak” ini digunakan oleh masyarakat sebagai bentuk penghormatan dari satu individu ke individu lainnya yang berbeda usia. Dalam satu contoh di masyarakat, kata panggilan “bapak” digunakan digunakan sebelum memanggil nama orang. Hal ini sering terjadi di acara pesta, antrian rumah sakit. Contoh lainnya dalam kehidupan bertetangga, seorang anak keluarga tertentu menggunakan kata bapak dalam berbicara dengan orang tua lain yang tidak memiliki hubungan darah. Hal ini digunakan untuk menghormati keberadaan orang yang usianya lebih tua tadi.
Meluasnya pengertian bapak dari konsep biologis menjadi konsep sosial diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan nasional. Ki Hajar Dewantara mencoba menekankan konsep kekeluargaan dalam lembaga pendidikan yang didirikan olehnya, yaitu Taman Siswa. Menurutnya, dengan menggunakan kata “bapak” dalam percakapan sehari-hari akan mengurangi distorsi yang terjadi karena perbedaan usia dan latar belakang (Shiraishi ; 2006). Baik itu dari hubungan antara pengajar satu dengan yang lainnya maupun pengajar dengan siswanya. Dari sanalah perkembangan konsep sosial bapak yang diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantara sekitar tahun 1920–an.
Pada perkembangannya kata “bapak” juga digunakan dalam organisasi formal seperti instansi atau perusahaan. Misalkan panggilan untuk direktur atau kepala staff, dalam percakapan sehari-harinya adalah menggunakan kata pak. Panggilan “pak” itu sendiri merupakan potongan kata dari kata Bapak. Walau kata tersebut merupakan potongan tetapi tidak merubah esensi aslinya. Yaitu kata yang menunjukkan penghormatan kepada seseorang yang merupakan salah satu aplikasi penggunaan konsep “bapak” Ki Hajar Dewantara.
Permasalahan yang terjadi sekarang ini dalam penggunaan kata bapak adalah timbulnya toleransi. Hal ini terkait dengan penggunaan kata bapak yang menimbulkan efek psikologis akan hubungan yang bersifat “kekeluargaan”. Mungkin itu yang dimaksud oleh Ki Hajar Dewantara, karena memang pada prakteknya toleransi merupakan sebuah kewajaran dalam keluarga. Misalkan seorang anak yang berbuat kesalahan, belum tentu sang orang tua akan menghukumnya. Jika sang anak bersalah dan meminta maaf maka permasalahan selesai. Begitulah konsep toleransi dalam keluarga. Namun bagaimana hal ini jika diberlakukan dalam organisasi sosial yang ternyata tidak berdasar pada latar belakang yang sama atau bahkan tidak memiliki hubungan darah sama sekali.
Ada penggambaran sederhana tentang permasalahan toleransi dalam organisasi formal.  Dalam sebuah lembaga yang memiliki orientasi dengan profit, uang dan surplus menjadi prioritas. Pergerakan dalam sebuah dinamika kehidupan lembaga itu pun bisa menjadi alasan maju atau mundurnya lembaga tersebut. Biasanya konsep kekeluargaan akan mengarahkan pada sikap bekerja yang lebih fleksibel. Dalam artian, bersikap dengan pola pikir, “oh ngga apa-apa kita kita berbuat salah sedikit, karena masih bisa ditolerir.“ Atasan, sebagai orang yang dipanggil “bapak”, pun akan berpikir kasihan jika menghukum karena mereka adalah “anak – anaknya” juga. Maka dengan pola pikir tersebut profesionalitas dalam bekerja di lembaga akan semakin menurun. Inilah salah satu dari sekian banyak alasan tentang rendahnya profesionalitas dalam lembaga yang terjadi di Indonesia.
Sedikit perbandingan antara konsep Bapak maupun Tuan dengan di luar negeri seperti Inggris atau Amerika. Dalam penggunaan bahasa rumah dan tempat kerja itu berbeda. Kata father atau daddy tak digunakan di tempat kerja, tetapi menggunakan sir. Dengan begitu akan menunjukkan posisi yang jelas, antara atasan dan bawahan. Jadi dalam bekerja tidak menggunakan konsep kekeluargaan. Para pekerja akan mematuhi segala peraturan dan tidak mencoba mengintervensikan dengan efek psikologis dari kata pak, seperti yang dilakukan di Indonesia.
 Herudjati Purwoko dalam bukunya tiga simbol budaya  menggambarkan tentang penggunaan kata ternyata mempengaruhi cara berpikir penggunanya. Penggunaan kata bapak dapat diartikan menstrukturkan cara berpikir hingga membentuk pola perilakunya. Mulai dari penekanan bahwa satu dengan yang lain, atasan dengan bawahan adalah keluarga dan akhirnya timbulnya rasa toleransi sebagaimana keluarga. Lantas pada akhirnya mulai terdegradasinya rasa penghargaan terhadap peraturan.
               Jadi selama ini menurunnya kualitas kerja pegawai perusahaan atau sejenisnya dapat disebabkan oleh penggunaan kata bapak dalam interaksi. Tetapi sebenarnya kualitas kerja tersebut sangat dipengaruhi dari ketaatan terhadap peraturan dari pegawai itu sendiri. Hal itu dimulai dari atasan hingga bawahan.
Strukturalisme lagi,. Keparat,.






agama

"apakah kalian bisa sholat?" tanya seorang kakak yang rencananya mengajar agama untuk mereka.
dan tidak seorang pun tidak memberikan respon positif. terlihat bingung dan asing dengan pertanyaan tadi.
ini adalah salah satu adegan dari film "alangkah lucunya negeri ini". dimana para pencopet jalanan menjadi cerita utama dalam bagian film ini. dan disalah satu adegan diatas, diceritakan ada seorang anak muda, yang direkrut menjadi salah satu pengajar untuk pendidikan mereka, dan agama adalah salah satunya.

dalam salah satu buku, seperti kajian etnografi, berjudul penindasan dan ,.,.(saya lupa judul lengkapnya). dengan latar awal tahun 80'an diceritakan tentang seorang preman, yang sejak kecil kabur dari rumah karena nakalnya membuat orang tuanya kewalahan. akhirnya ia kabur dari rumah, memulai perantauan dari cikampek, kota asalnya, menuju jakarta. karena datang tanpa modal apa2, baik materi, keahlian dan koneksi (saudara/ orang yang dikenal)akhirnya ia memasang raga pada setiap terminal dan lampu merah. berkenalan dengan anak2 jalanan yang sudah lebih dulu "bermain"disana. yang sebaya dan yang lebih muda dari dirinya. ia memulai hari-harinya dengan meminta-minta, berjualan koran, menyemir sepatu, mengamen hingga mengelap kaca mobil di setiap lampu merah. terkadang tertangkap polisi saat mencopet, digebuki warga setelah memeras orang lewat di jalan. Dan terkadang sadar, ingin belajar sesuatu, jadi dia mendaftar sendiri ke panti sosial. yang lantas saat dua-tiga bulan disana, ia kabur, karena tak betah. mabuk bersama teman2 yang bos juga d kalangan basis kota. pentolan para preman dari setiap basis. hal tersebut dilakukan semua dari stasiun cikampek hingga jalur menuju jogja. seperti bandung, karawang, dan cirebon. dan dalam buku itu, tak ada cerita tentang agama.

saya jadi ingat tentang salah satu jargon materialis tentang agama. marx pernah mengungkapkan agama adalah candu. dalam artian, agama adalah sebuah alat untuk mengasingkan pemikiran dan kekerasan laten yang dilakukan para kaum kapitalis untuk menekan rasa "sakit yang nyata". bahwa agama adalah merupakan barang mewah untuk masyarakat kelas bawah. karena secara logis, kelompok sosial ini tidak mengikuti alur "wajar" yang telah ada. bahwa, hidup tidak hanya tentang bekerja, sekolah dan beribadah. tidak bisa bekerja dengan cara yang "wajar". belajar dengan cara yang "wajar" dan tidak kenal dengan makanan bernama ibadah.

Senin, 24 Mei 2010

dasar indonesia


di satu kamis siang akhir dua ribu delapan ada panggilan jadi tim advance untuk survey banjir di baleendah. Dilihat lokasi,  cek segala kebutuhan dan keadaannya, langsung kontak tim di bandung untuk segera mengirim personil menuju baleendah, Bandung. Artinya memang ada keadaan gawat yang mesti ditangani. Kemudian tujuan mencari pusat koordinasi di lapangan, tak mudah ditemukan disebabkan oleh beberapa hal, seperti berjalan masing2nya lembaga atau badan independen yang bergerak atas nama kemanusiaan. Tapi berlabel. padahal standarnya bergerak berdasarkan koordinasi agar segala sesuatu dapat terkontrol di lapangan.
satu hal ironi yang terjadi di lapangan adalah air yang ternyata semakin berjalannya waktu tak seiring dengan menyurutnya laju ketinggian air. memang kondisi cuaca sangat berpengaruh, karena kondisi gerimis setiap satu hingga dua jam sekali memang selalu turun. Evakuasi pun dilakukan untuk memindahkan warga yang merasa berbahaya untuk tetap tinggal di rumah.
Dalam sebuah media massa ada yang membahas tentang penanggulangan banjir di baleendah oleh pemprov jabar. Solusinya ada dua, untuk waktu pendek pemapasan curug (gw lupa namanya) dan yang butuh waktu lama adalah penghijauan sudut hulu citarum. Menurut survey dan perhitungan tim khususnya, yang berisiko kecil adalah pembenahan bagian hulu. akan tetapi dasar Indonesia, praktis adalah nama belakangnya. walau jelas dari segi manfaat dan risiko, pembenahan bagian hulu tidak langsung diambil sebagai keputusan. karena tidak akan cepat terasa sehingga dipertimbangkan jauh lagi.
Dasar Indonesia, mo sampai kapan mo gini terus…

akses


aku menyebutnya akses. dalam sebuah proses pembentukan budaya akses memiliki peranan penting. Skenarionya, semakin terbuka akses maka arus informasi akan semakin deras mengalir. dengan mengalirnya arus informasi maka pilihan yang muncul akan semakin beragam. Dan pada saat itu akan terlihat pola budaya yang terbentuk. Hingga pada akhirnya akan tergambar pola budaya masyarakat yang dapat dikategorikan dan diklasifikasikan.
Akses dipengaruhi oleh beberapa hal, materi dan kemampuan penguasaan informasi pun cukup berpengaruh. Pada penguasaan materi, akses terbuka lebar dengan adanya materi yang mumpuni. Jika materi yang dimiliki hanya seadanya maka, wajar adanya jika hasilnya pun seadanya. Dalam satu adegan “otomatis romantis”, akses yang dimiliki Bambang, si miskin dari Jogja, sangat kecil untuk menjadi seorang kaya. Akan tetapi dengan “keajaiban”, aksesnya menjadi terbuka dan kemungkinan orang kaya ada dalam genggaman jika tak salah mengambil keputusan. Hanya saja, tak seluruh orang memiliki keajaiban yang dapat diandalkan dalam waktu yang tepat.
Mungkin jalan yang terbuka adalah usaha. Logis, karena setiap orang memiliki energi untuk melakukan usaha. Baik seadanya maupun hambur-hambur energi. Dan sejauh mana usaha kita, menunjukan akan seperti apa. Begitu menyenangkan jika menghargai proses dan menikmati hasil.

Horus


Horus dengan sukses menyinari dunia..terang cahayanya menghasilkan kebutaan kepada para raga berjiwa yang menyembahnya. Sang Dewa Matahari itu, terangnya memang menunjukan jalan untuk manusia. Untuk siap dengan segala kehidupan durja, dan ternyata terangnya pula yang menutupi gelapnya konspirasi dunia dari balik namanya. Tak terlihat dan tak terasa. Andai saja dunia sadar, Horus harus dipadamkan. 
Mitos memang menyenangkan. andai semua tahu arti dari semua mitos sekelilingnya. Masyarakat sunda menggambarkan tentang pengklasifikasian kelas yang berangkat dari mitos. Tetapi setelah semua berjalan, apa yang lagi yang harus dipikirkan. Antropologi memang hanya berbicara tentang konseptual dan teoritis. bukan tidak praktis. hanya saja antropologi yang menguak tentang misteri mitos ini memang hanya membongkar. Setelah itu adalah untuk membuat kebohongan baru dengan mitos baru atau benar-benar membongkar mitos yang ada untuk menggambarkan pakem yang ada. Dari sana kepentinganlah yang bermain. sedikit terpikir tentang berbagai pakem masyarakat yang nyaris selaras diantara belahan dunia. Herudjati (2003) menggambarkan tentang beberapa cerita rakyat yang memiliki arti bagi masyarakat itu sendiri. Tetapi Levi Strauss lebih cadas lagi. Menurutnya sisi mitos adalah sebuah rekonstruksi untuk mengarahkan pola yang belum terbentuk diantara masyarakat menjadi sebuah stereotype yang dinilai”positif” oleh masyarakat. Maaf agak abstrak menjelaskannya, tapi itu yang kulihat dari sang Dewa Horus. Aku tak akan perduli dengan matinya karena matinya tak mempengaruhi keyakinanku. Lagipula dia tak menerangiku.
Tetapi aku tetap percaya, Levi Strauss itu brengsek…hahahahaha

adil


“kami berbeda, apa mau dikata..” 
kata -kata ini berasal dari salah satu petinggi israel yang saya kutip dari salah satu tulisan goenawan muhammad di majalah mingguan yang didirikannya. kata-kata yang telah diberi tanda kutip tadi, seperti sebagai sebuah hal yang sudah tidak dapat ditoleransi lagi. karena pada saat mengeluarkan kata2 ini, konflik antara israel dengan palestina sedang dalam pergulatan ketidakaadilan yang tak ada hentinya. seperti sebuah pelegalan dari sebuah tindakan kekerasan terhadap keadilan. saya menyebutnya keadilan, bukan hak asasi manusia. karena hak asasi manusia merupakan anak jadah dari kapitalisme yang sebagian besar yahudi bergumul didalamnya.
perbedaan adalah sebuah keniscayaan, dan ini disadari oleh seluruh manusia yang berpikir. tak ada yang diciptakan serupa. hal ini, menjadi sebuah titik tolak, untuk dua hal. kekerasan seperti yang dilakukan oleh israel kepada palestina. atau sebuah titik untuk saling mengerti. saya hanya sedikit berpikir, sekalipun saya menjadi bukan seorang muslim, yang dilakukan israel adalah salah. terlebih lagi, saya seorang muslim. yang sedianya berpikir orgasnisma terhadap muslim-muslim lainnya.
lantas, apa arti adil. saya mulai ragu, karena sudah menjadi biasa saat seluruh konsep mulai disandingkan dengan segala sesuatu yang bersifat material. hanya saja aku ingat kala masih sekolah dulu, ada yang pernah mengatakan padaku, kebenaran manusia bisa diukur dari jiwa. saat nurani merasa sudah tidak nyaman berarti ada yang salah. itu menjadi semacam ukuran kebenaran personal. lantas bagaimana dengan kalimat di awal tulisan ini. sepertinya saya tahu, mengapa goenawan muhammad menulis tentang konflik ini dua kali dalam majalah mingguannya. nuraninya terusik.
mungkin saja.

Sabtu, 17 April 2010

hanya


aku hanya punya rindu, yang bisa kupersembahkan kepada tuhan.
agar bisa bertemu dengannya.
aku hanya punya senyum, yang bisa memayungi hati kala kecewa mendera,.
aku hanya punya doa, yang bisa mencuci jiwa, ketika dosa dan khilaf, mengalir dengan sengaja.,
aku hanya punya air mata, yang bisa mengganti kala hati menjadi mati,.

terbang

aku lihat raga itu terdiam, ditelan bumi,.
lantas jiwa itu terbang, dengan sayap yang tersusun membentang
dari doa sanak saudara dan buah hati tercinta.
mengikis dosa. memberatkan timbangan.

lantas nusia beriring rapih palingkan muka,. tinggalkan mereka,.
malaikat pun mulai bekerja,. menghitung, seperti firman Tuhan,.
dari sebesar biji zarah, hingga bola mentari,
hanya sang jiwa, raqib dan atid disana,.

sayap membentang, setelah doa datang.
lantas dia terbang, setelah maaf datang.
akhirnya melayang, menjemput nirwana,.
karena kitab bilang, timbangan di kanan seharga surga,.
bersanding dengan sang pemilik semesta. 

Sabtu, 03 April 2010

menulis dunia


pada satu ketika, saat usiaku belum menunjuk pada kepala dua, dikenalkan aku pada sang pendiri tempo. goenawan muhammad. membacanya berkali-kali, hanya untuk mengenal seperti apa dia menulis, karena tulisannya masyhur dan terkenal sejak zaman orde lama silam hingga saat ini terpampang di sudut halaman belakang majalah mingguan yang dia dirikan, tempo. cerdas dan menunjukkan, dia memang bukan sembarang orang, pekat sekali ilmu dari pemahamannya tentang dunia, dan tertuang dengan sedikit sulit dipahami oleh awam sepertiku, tapi menarik.
satu saat aku bermain juga ke toko buku, membaca beberapa buku-buku fiksi, dan kudikenalkan pada pramoedya ananta toer. menggambarkan tragedi-demi tragedi dalam sajian fiksi, dengan latar belakang sejarah yang kental dan satire. yang tetap berdiri, walau jutaan kata yang telah disusunnya dibakar layaknya sampah oleh para pihak yang “takut” dengannya.
di satu masa, aku membaca tentang cerita andy f. noya, yang menceritakan tentang perjalanannya. bukan tentang perjalanannya yang penting, tapi bagaimana penceritaan yang dia gambarkan, begitu ekspresif merasuk jiwa. kupikir, ini satu bentuk penceritaan inspiratif, yang bercerita tentang suatu keadaan, dengan melibatkan emosi didalamnya,.
pada saat aku kecil, aku dikenalkan pada Alqur’an,. aku hanya membacanya. itu firman Allah, begitu kata guru ngajiku. aku belum paham saat itu. lantas, seiring dengan waktu, dibalik ilmu duniawi, aku belajar tentang agama, apa itu yang dimaksud dengan firman Allah dalam Al’quran dengan nilai lebihnya. hingga akhirnya aku sedikit menyimpulkan, apa itu, bahasa indah. dan Alquran menunjukkannya padaku, yang kubaca sejak aku belum pun berangka sepuluh, hingga saat ini.
setelah semua itu, setidaknya aku punya kiblat,.dan selanjutnya, cerita apa yang akan kugambarkan dengan indah, cerdas penuh makna, sarat dengan keadaan empiris dan pekat dengan emosi yang bisa kutuliskan. dan yang terpenting, bermanfaat untuk semua, baik segi wawasan dan emosional.
semoga setelah ini. -_-

Senin, 01 Maret 2010

dari satu kelam yang selimuti awan. ia tak kenan hadirkan bulan untuk terangi malam. aku larut dalam dingin, yang izinkan kabut temani malam dibalik hangat perapian. aku cinta saat hening ini. saat sepi pikir gelayuti dan saksikan ramainya dunia. seertinya kita hanya butuh gunakan mata pisau yang telah diasah. terlalu banyak pohon yang perlu ditebas, buka jalur hingga pelangi datang sambut senja tinggalkan siang. dimana bidadari turun ke bumi. berdiri di samping raga ini. mengisi nirwana hati. dan walau kau masih disini, aku tetap rindu hening ini.

Diklat Medan Operasi
Gn. Kareumbi
06_02_10

Muhammad Salman A.
G1E050023

jangan kita seperti mereka



pada satu petang,. setelah beberapa kali sebelumnya tak sempat ku menjawab. saudara tak sedarahku menghubungi. dibalik kerinduannya menghadapi medan latihan bersama, berbagi cerita tentang medan operasi, laboratorium latihan yang tak henti2nya kita doakan untuk tak dikunjungi.  bercerita tentang para keparat baru, yang lahir dari doa dan usaha. hingga akhirnya berdiri lima belas punggawa dengan label SAR Unpad tertanam didadanya.

kepadanya pada saat tertentu masih sempat kukabari tentang medan operasi yang kupikir masih bisa ditempuh bersama. kutanya kesibukannya. dia pun menjawab jam kerja menawannya. dan hanya ada satu masa dari satu pekan dia bergerilya mencari segenggam permata. kupikir inilah balasannya, membayar yang sebelumnya, karena pada masa mahasiswanya, latihanlah hobinya. hingga akhirnya berkumpul pun tak bisa, saking padatnya.
setelah mendengar ceritanya, pandanganku, ternyata kapitalisme pun sukses merenggut kebebasannya. kusampaikan pandanganku itu, dan kami pun tertawa bersama di dalam hubungan selular tersebut. tertawa satire. menertawakan tentang kebebasan yang terenggut, yang seharusnya tak layak untuk ditertawakan. demi materi yang harus dicapai pada titik kulminasi tertentu, mereka memecut buruh2 termasuk saudaraku disana. menyita waktu dan waktu liburnya, mengambil paksa hobinya, dan juga mencuri masa ketika kita harusnya bersua untuk tukar cerita. ah, gila juga. mungkin setelah pintu akhir ini berhasil kurobohkan, masuk juga aku ke jurang ini.

aku ingat, dalam cengkrama kala masih dalam label keparat, dia bercerita tentang cita2nya, untuk menjadi kaya. alasannya hanya karena hobi kita adalah mahal. dan kaya adalah salah satu alternatif kuat agar tetap bisa berhobi dan bertugas hingga tutup usia.   tetapi setelah kaya, jangan kita seperti mereka, saudara.

karena selama kapitalisme terus berkarya, siapapun pekerjanya,. berapapun usianya,. apapun jenis kelaminnya, yang penting adalah materi yang dihasilkannya,.jika tak ada,. selamat bernestapa,.
dan setelah kaya, jangan kita seperti mereka, saudara.

dan kita memang mesti menjadi kaya. baik materi dan jiwa. agar suatu saat kita bisa bertempur bersama. di medan latihan yang kita rindukan, atau medan operasi sebenarnya yang tak pernah kita harapkan.  
tetapi setelah kaya, jangan kita seperti mereka, saudara.

perempuan

Perempuan tetaplah perempuan.
Perempuan dengan keliling raungan para pejantan.
Perempuan akan tetap berjiwa perempuan.
Permaisuri untuk pangerannya.
Ibu untuk anaknya.
Istri untuk suaminya.
Perempuan yang berdialektik dengan perasaan.
Butuh perlindungan.
Butuh sandaran.
Perempuan akan tetap perempuan.
Mencintai dan dicintai laki-laki.
Dan dia hanyalah perempuan,
yang begitu adanya.

Jumat, 26 Februari 2010

tentang cinta

sedikit aku membaca tulisan seorang teman. perempuan. sepertinya hobi menulis. atau mungkin jalan hidup.
dari sekian banyak cerita, aku sedikit menghitung, memperkirakan, ternyata ada yang sama. perempuan pun suka cinta. terjebak oleh perasaan dan tersenyum akan keberadaannya. atau menangis karena ditinggalkannya. ah, aku saja yang menganggap perempuan seperti itu. kamu pun tidak. tak lama, terbersit untuk menulis. karena aku ingat sebuah sajak taufiq el-Haqiem kurang lebih begini isinya,

Aku ingin mencintaimu,
karena cinta membuatku terpesona,
namun telingaku yang bodoh ini
tidak mampu menangkap suara hatinya,
seketika itu, ia genggam busur emas
dan menantangku untuk bertarung
lalu kukenakan baju besi,
kemudian bangkit seperti "Achilles"
bertarung melawan cinta,
dia lepaskan anak panah ke jantungku,
aku berkelit dan panah melesat ke angkasa,
dia nyalakan api dalam diri
dan bergerak seperti kilat
menerjang dan membakar segala
hingga jiwaku pun menjadi abu,
jasad pun terkapar diatas tanah,
aku kalah dan menyerah,
wahai! orang yang melindungi diri dengan perisai,
senjata apakah yang mampu melawan cinta,
jika pertarungan hanya dalam jiwa,.
(taufiq el-haqiem ; burung pipit dari timur.)

Rabu, 24 Februari 2010

kosong


sebuah kata yang menunjukan sebuah ruang tanpa isi. Sebuah kejadian singkat dalam perjalanan pulang Cikondang menuju Jatinangor, kata kosong terucap berulangkali oleh kernet angkutan elf jurusan bandung pangalengan. Kosong menurut kernet tersebut adalah belum penuh bangku yang tersedia, atau masih ada celah untuk penumpang menaruh badan didalam mobil.
teringat saat masa SD dahulu, kosong adalah angka pertama sebelum angka satu. dimana angka nol tergantikan posisinya oleh kata kosong. Dan ibu guru meluruskan kalimat yang mencantumkan kata kosong diantara kata-kata angka.
kata kosong saat ini masih menggantikan posisi nol pada segelintir orang.
kosong adalah salah satu lagu dewa tentang hampa, situasi ketika otak tak bisa berpikir dan perasaan bekerja dengan giat sekali meracuni otak..kosong adalah ruang dengan tanpa isi.

racun

racun itu kembali menelusuk kalbu.
racun yang membuat jiwa pria berkecamuk,
dibalik tegapnya langkah raga.

aku butuh penawar..
semoga itu bukan kamu..
jangan sampai itu kamu..
dan penawar itu…
dapat membuatku mengabaikanmu…

Ahh,,jiwaku tergeletak…
terkapar tak berdaya…
mengetahui bahwa itu kamu…

banyak hal…
bahkan terlalu banyak..
dan selalu sukses,,
membuat terbujur kaku…

semoga ini bukan racunmu..
mengingatmu, jiwaku meronta..
bibir kaku tak bisa berkata…
dan, ketika saat itu tiba,,,
otakku harus bekerja..
sangat harus untuk bekerja,,
mereduksi segala tentangmu..

esok keramaian datang lagi,,,
akankah kamu datang esok hari..
baiklah, aku mengalah…
datanglah,, aku hanya ingin tahu,,
apakah itu benar desirmu..

dalam nurani kecil,,aku berdoa..
semoga saja Tuhan mau menetralisirmu dalam jiwaku..
khawatir dengan segala kerusakan yang dibuatmu…
dalam jiwaku hingga ragaku..
dan semoga Tuhan mau mengerti..

aku harus ‘mengabaikanmu’.

senyum


Pada sebuah lukisan monalisa, terdapat senyum misterius dari dua arti wajah. Satu menunjukan kebahagiaan dan satunya menunjukan kegetiran. Di indonesia bisa kita asosiasikan dengan semar. Entah kenapa yang terpikir itu semar, mungkin salah seorang dosenku ada yang katanya mirip semar.
apa yang menarik dari dosen yang mirip semar? Senyumnya misterius.

Aku melihat sebuah majalah lama, dalam waktu yang silam pula. Tentang perempuan. "gogirl" judulnya. Setelah beberapa lama membolak-balik untuk mencari apa yang menarik dari majalah tersebut, tersudutlah sebuah kata senyum. Ya, senyum.
yang menarik dari senyum para perempuan di majalah ini, adalah ketulusan.

Aku adalah pria yang melihat ketulusan perempuan dari senyumnya. Dan entah kenapa aku terasa lucu dengan melihat perempuan di majalah tersebut yang tersenyum. Sepertinya sang pemotret tidak perlu lagi memberi instruksi untuk tersenyum di balik kamera.

Kepada para perempuan, senyumlah..
Kami para lelaki membutuhkan senyuman tulus kalian…
semoga kita dipertemukan, dibalik ketulusan sebuah senyum…

jujur

Dalam sebuah acara diskusi di sastra, Seno Gumira pernah melontarkan wacana hobinya menonton bola. Menurutnya sepakbola saat ini adalah wahana paling jujur. Dia merasa tak ada acara lain sejujur permainan sepakbola, maka ia menikmati ketika menonton pertandingan sepakbola di televisi. Larut dalam emosi ketika pemain mencetak gol, tim kesayangan kebobolan, pemain kunci cedera, peluang terlewatkan, ramainya suporter, hingga ikut bertepuk tangan ketika pahlawan pertandingan keluar lapangan. Sekalipun yang nun jauh disana tidak langsung merasakan semangat yang dikirim dari timur jauh.

Sekali lagi adalah kejujuran, adalah barang yang harganya tidak bisa kita lihat. Hanya terasa. Dan semua menjadi blur ketika kaum materialis menekankan pahamnya. Karena jujur dahulu adalah sesuatu yang tidak bisa diukur dengan materi. Entah saat ini. Setidaknya aku masih tahu, bagaimana rasa gelisahnya jiwa saat bibir berucap dusta.

Rasa menjadi berharga. Ketika sudut 'rasa' mulai tak terasa. Ketika jiwa mulai kehilangan rasa. Ketika rasa telah berbandrol harga. Ada hal yang tak ingin hilang dari romantika dinamisnya jiwa. Bagaimana sedihnya nurani, ketika sulit bernyanyi karena rasa telah mati. Dari sini setidaknya kita tahu, ada nilai yang semakin blur karena invasi para kaum materialis.

Dan kita yang memutuskan akan dibawa kemana rasa ini.

Selasa, 16 Februari 2010

energi

Energi memang selalu menjadi rebutan. dalam konsep ekologi energi merupakan bahan dasar untuk mendapatkan hasil. Dalam antropologi pun, energi adalah alasan mengapa terjadi sebuah budaya baru hingga penemuan baru. tak semua menyadari itu, tapi memang energi penting untuk kita miliki. tapi untuk diperebutkan, entahlah.

Saat ini keterbatasan kita hadapi, entah mengapa sebagai praktisi pendidikan aku menyayangkan terbitnya UU BHP. Mungkin tak baik juga mengomentari sebelum mendalaminya. karena menurutku antropologi memahaminya sedikit lebih mendalam.
Berdasarkan pemberitaan media, banyak sekali kasus unjuk rasa oleh mahasiswa yang berujung kekerasan.
Aku rasa seharusnya ada masa dimana para pembuat kebijakan memikirkan tentang kenyataan yang dirasakan. Antropologi menyebutnya pendekatan emik. Pertanyaannya apakah memang relevan jika pendidikan “diserahkan” kepada swasta. Jika pembuat kebijakan adalah pihak yang berkepentingan dalam dunia pendidikan maka wajar dia melanggengkan aturan ini. Selain itu, lagi-lagi energi. mereka memiliki energi lebih dari para mahasiswa yang orang tuanya tak semua juga memiliki energi yang sama. Ada tingkat ekonomi bawah dan atas. Kecil kemungkinan pembuat kebijakan adalah golongan energi menengah ke bawah. Oleh karena itu mereka tak merasakan apa yang dirasakan para mahasiswa yang melakukan kekerasan tadi.
kekerasan mahasiswa disini adalah representasi dari tertekannya jiwa atas aturan. naluri dan alamiah.

dan aku bagian disana. tapi aku tak turut ke jalan atau hujat mereka. hanya bisa menulis.

sial.

nasib


sama - sama ingin menghasilkan yang terbaik,

sama - sama yang merencanakan yang terbaik,

sama - sama menjalankan yang terbaik,

sama - sama memiliki mimpi terbaik.

mendapatkan yang tak sama…


antropologi bahagia

cinta adalah konstruksi sosial. pernyataan ini diperuntukkan bagi manusia dengan manusia. tidak menyingkirkan unsur Tuhan disini. hanya saja hubungan antar manusia. dalam sebuah proses hubungan disosialisaskan dalam beberapa fase, mulai dari pendekatan, lantas hubungan tanpa ikatan hingga akhirnya memiliki ikatan. sempat terpikir olehku, ada beberapa pernyataan yang agak bersinggungan dan bahkan bisa saja dipersepsikan secara paradoks. ketika pernyataan jodoh ada di tangan Tuhan dan tidak akan berubah suatu kaum jika tidak dari kaum itu sendiri. jika dua pernyataan itu disandingkan, apa yang menajdi acuan.

konsep bahwa cinta adalah konstruksi sosial. sebuah bentukan yang tidak terjadi secara alami. bukan sebuah rasa yang terjadi begitu saja. pernyataan ini akan membuka mata para perempuan yang telah dibuat terbang melayang karena lelakinya menyebutnya cinta kepadanya telah ada sejak awal. secara materialis terjadinya cinta pun proses materi.

bahagia merupakan bentukan pula, bila dua insan telah terjadi sebuah kesinkronan dalam pengertian apa yang dilakukan akan berjalan. garis besarnya kupikir seperti itu. jadi bukan karena Tuhan memberikan kebahagiaan secara langsung. akan tetapi diraih dengan usaha insannya yang bekerjasama bagaimana meraih kebahagiaan untuk mereka. Mengagumkannya Tuhan, DIA tidak memberikan siapa yang akan bahagia, akan tetapi hanya menunjukkan kebahagiaan seperti apa.

jika terdapat pertanyaan perempuan tersenyum menggoda dan pangeran pun jatuh cinta. jika hidup bersama bahagiakah mereka. menurutku, bukan Tuhan yang memberikan kebahagiaan mereka. tetapi mereka berusaha mencapai kebahagiaan yang Tuhan tunjukkan. jika langgeng atau tidaknya. pun bukan karena Tuhan menentukan bahwa jodohnya bukan dengan pilihan Tuhan. bukan. tetapi karena pilihan dua insan tersebut bagaimana mempertahankan bahtera rumah tangganya. dan itupun terkait dengan waktu lamanya proses pendekatan. lamanya proses memang berpengaruh, tapi tak berarti yang sangat sebentar juga tak bisa langgeng.

bisa tanpa cinta. bisa tanpa lama. karena hanya pengertian intinya.