dan tidak seorang pun tidak memberikan respon positif. terlihat bingung dan asing dengan pertanyaan tadi.
ini adalah salah satu adegan dari film "alangkah lucunya negeri ini". dimana para pencopet jalanan menjadi cerita utama dalam bagian film ini. dan disalah satu adegan diatas, diceritakan ada seorang anak muda, yang direkrut menjadi salah satu pengajar untuk pendidikan mereka, dan agama adalah salah satunya.
dalam salah satu buku, seperti kajian etnografi, berjudul penindasan dan ,.,.(saya lupa judul lengkapnya). dengan latar awal tahun 80'an diceritakan tentang seorang preman, yang sejak kecil kabur dari rumah karena nakalnya membuat orang tuanya kewalahan. akhirnya ia kabur dari rumah, memulai perantauan dari cikampek, kota asalnya, menuju jakarta. karena datang tanpa modal apa2, baik materi, keahlian dan koneksi (saudara/ orang yang dikenal)akhirnya ia memasang raga pada setiap terminal dan lampu merah. berkenalan dengan anak2 jalanan yang sudah lebih dulu "bermain"disana. yang sebaya dan yang lebih muda dari dirinya. ia memulai hari-harinya dengan meminta-minta, berjualan koran, menyemir sepatu, mengamen hingga mengelap kaca mobil di setiap lampu merah. terkadang tertangkap polisi saat mencopet, digebuki warga setelah memeras orang lewat di jalan. Dan terkadang sadar, ingin belajar sesuatu, jadi dia mendaftar sendiri ke panti sosial. yang lantas saat dua-tiga bulan disana, ia kabur, karena tak betah. mabuk bersama teman2 yang bos juga d kalangan basis kota. pentolan para preman dari setiap basis. hal tersebut dilakukan semua dari stasiun cikampek hingga jalur menuju jogja. seperti bandung, karawang, dan cirebon. dan dalam buku itu, tak ada cerita tentang agama.
saya jadi ingat tentang salah satu jargon materialis tentang agama. marx pernah mengungkapkan agama adalah candu. dalam artian, agama adalah sebuah alat untuk mengasingkan pemikiran dan kekerasan laten yang dilakukan para kaum kapitalis untuk menekan rasa "sakit yang nyata". bahwa agama adalah merupakan barang mewah untuk masyarakat kelas bawah. karena secara logis, kelompok sosial ini tidak mengikuti alur "wajar" yang telah ada. bahwa, hidup tidak hanya tentang bekerja, sekolah dan beribadah. tidak bisa bekerja dengan cara yang "wajar". belajar dengan cara yang "wajar" dan tidak kenal dengan makanan bernama ibadah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar