Senin, 24 Mei 2010

Horus


Horus dengan sukses menyinari dunia..terang cahayanya menghasilkan kebutaan kepada para raga berjiwa yang menyembahnya. Sang Dewa Matahari itu, terangnya memang menunjukan jalan untuk manusia. Untuk siap dengan segala kehidupan durja, dan ternyata terangnya pula yang menutupi gelapnya konspirasi dunia dari balik namanya. Tak terlihat dan tak terasa. Andai saja dunia sadar, Horus harus dipadamkan. 
Mitos memang menyenangkan. andai semua tahu arti dari semua mitos sekelilingnya. Masyarakat sunda menggambarkan tentang pengklasifikasian kelas yang berangkat dari mitos. Tetapi setelah semua berjalan, apa yang lagi yang harus dipikirkan. Antropologi memang hanya berbicara tentang konseptual dan teoritis. bukan tidak praktis. hanya saja antropologi yang menguak tentang misteri mitos ini memang hanya membongkar. Setelah itu adalah untuk membuat kebohongan baru dengan mitos baru atau benar-benar membongkar mitos yang ada untuk menggambarkan pakem yang ada. Dari sana kepentinganlah yang bermain. sedikit terpikir tentang berbagai pakem masyarakat yang nyaris selaras diantara belahan dunia. Herudjati (2003) menggambarkan tentang beberapa cerita rakyat yang memiliki arti bagi masyarakat itu sendiri. Tetapi Levi Strauss lebih cadas lagi. Menurutnya sisi mitos adalah sebuah rekonstruksi untuk mengarahkan pola yang belum terbentuk diantara masyarakat menjadi sebuah stereotype yang dinilai”positif” oleh masyarakat. Maaf agak abstrak menjelaskannya, tapi itu yang kulihat dari sang Dewa Horus. Aku tak akan perduli dengan matinya karena matinya tak mempengaruhi keyakinanku. Lagipula dia tak menerangiku.
Tetapi aku tetap percaya, Levi Strauss itu brengsek…hahahahaha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar